Kamis, 16 April 2009

Syair-syair from puisi

Freedom Liberte Egalite Frantainete

DER LETZTE

(Noer Lutfi)

Mereka genggam bara

Di berikan padamu

Berjanji bukan menghakimi

hilang untuk diyakini

ada untuk didustai

Apakah terbukti lagumu

Menyentuh mereka

Nyanyian mereka

memekakkan telingamu

mereka paham betul keinginanmu

apakah sudah kau pahami

keinginan mereka.

**

Ketika pesta dirayakan

Kau rampas suara-suara mereka

Kau lontarkan menjadi peluru-peluru tajam

Setelah pesta usai

Kau lupakan suara-suara mereka

Kau jadikan peluru-peluru tumpul

tak mampu menembus

Angka-angka keberuntungan

***

Tiang-tiang itu mengantung

Bergesek

Bersentuhan

Hasilkan bunyi

mereka datangi mimpi-mimpimu

mereka cabuti bulu-bulumu

Smg, 040605



SAMPAIKAN MAAF KAMI

(Aloeth)

Tangis kesedihan

pernah diratapi Alexandrian Callimachus

pada jiwa-jiwa resah

Sampaikan maaf kami

Tak meneruskan nafasmu

Usia menggrogoti fisik

Tergambar dibenak

Wajah-wajah manis dirias tangis

Pralambang kembang hati dibejana romantis

Wajah-wajah sendu terbelenggu kata ragu

Coba ungkap rindu

Wajah-wajah kaku

Mirip kardus

Kadang mirip kaleng

Masuk dilini pertahanan

Berebut

Singkirkan

Wajah-wajah hipokrit

gunakan ambiguitas tak jelas

Hingga mata kami tak sanggup

Mengenali diri kami sendiri

Kemurungan jiwa

Tlah memusatkan kematian

Smg Januari 1998


OPERA TANDING #1

(Aloeth)

Gelombang dasyat menghantam

Menggulung setiap sisi

Kikis ruang-ruang

Racuni soneta

Meletakan okestra di gudang tua

Dimana dikau nurani?

Masih singgahkah kau?

Atau dikau lari

Bersembunyi

Hindari tikaman suara-suara sumbang

***

Lubang terbuka

Alunan heroik bakar sukma

Menanti mangsa Siap disantap

Jeruji besi rapikan barisan

Membuat kalangan

Kekuatan beradu

Saling menjatuhkan

Mereka mati sia-sia

Ini rimba liar

Arena penjagalan massal

Kuasa didewakan

Kejujuran mulut-mulut pendusta

September 2002


KIDUNG KINASIH

(ALOETH)

Pekat..

Langit bawa mendung berarak

Bintang enggan bercengkrama

Rintik jatuh basah tanahku

Ada apa malam?

Lelahkah?

Angin menusuk pada ruang-ruang kalbu..

Jauh..!

berhembus di samudra cinta

Bidadari menari balet disinggasana rembulan

Meliuk-liuk

Hingga raja dan ratu bersemayam

Dipelaminan jiwa

Seruling malam cipta hening

Ijinkan kami terbang melintas

Menunggu fajar tiba…

Smg, 010199


BERHARAP…

(Azam Jauhari)

Bila aku terlalu berharap

Bagaimana nanti bila terhempas

Sedang aku selalu

Melihat telaga pada bening matamu

Manis…

Adakah kau pernah merasa

Bahwa diri selalu berharap

Akan doa tulusmu

Disetiap perjuangan

Seperti ini

Lantaran wajahmu yang sendu

Selalu melintas di mataku

Melambai aku datang

Mengharap aku menang

1 Desember 1989



SEMERAH SENJA

(Herry Subandi/BandreX)

tak semerah hari ini

mentari senja di pintu rumahmu

mungkin kan terkubur di peraduan

dalam kianat cinta nan abadi

dalam curahan hujan

dan gemuruhnya badai

akupun mungkin terkubur

dalam cahaya merahmu..

nan menetes…

netes…

tak seramah hari

langkah pulangmu tergesa

menggelap luka goresan

para bikshu-bikshu bangsamu

diujung panah malam

dan di runcingnya pena penyair

menukik ke lembah-lembah sepi

mungkin pintu rumahmu terkunci

atau balai-balai tua negeri kita

telah tak kuat

untuk baringkan kelumpuhan?

Tak ku cari

Yang telah ditemukan

Di goa nan nestapa ini

Ku lukis

Dua malaikat raksasa

Melawan raja iblis

Dalam baliho semesta

Semerah senja

Ku kayuh prahu

Dari kencangnya angin

Dan merahnya nafasmu

Kulipat lembaran batin

Di sela batu-batu

Di antara gapura-gapura

Kebesaran dan kebanggaan

Yang menipu

04/04

KUSANDARKAN HARAPAN

(Aloeth)

Dipintumu kusandarkan harapan

Nafasmu gemerlap impian

Pantulan cahaya rembulan di telaga

Tak ramah dijalanan

Tampak sepi dari kasih sayang

Terbaring di pinggiran cita-cita

Tak mampu berkejaran dengan rasa ingin

Sebab kandas diujung

Yang tak mampu melihat jejak pendahulu

Yang tertinggal hanya kebesaran

Yang terdengar samar-samar dibalik pintumu

Suara-suara dari syair-syair

Matahari

Bulan

Bunga

Telaga

Makin cinta akan surgamu


DIMANA KAU SURGAKU

(Aloeth)

Dengar dibalik punggungmu

Nyanyian anak dipinggir kali

Kecipak air di sela-sela kakimu

Tangis anakmu

perahu kertas tenggelam

masih hijau

ingatanku

biarkan aku pejamkan mataku

mencari surgaku yang terselip

entah dimana?


DARI BUMI PERJANJIAN

(Aloeth)

Di belahan bagian manakah

Kami bisa bersenandung

Membesarkan anak-anakku

Tanpa kau ganggu

Di belahan bagian manakah

Kami bisa bekerja

Mengajari anak-anakku

Tanpa kau takuti

Di belahan bagian manakah

Kami bisa menari

Melatih anak-anakku

Tanpa kau tekan

Di belahan bagian manakah

Bila bumi perjanjian

tlah kau porak-porandakan?

Sekarjalak, 9 Agustus 2006


SELAMAT JALAN KAWAN

(Aloeth)

Keranda hitam mengantarmu

Menuju kepada Sang Pembebas Sejati

Perjuanganmu

Pengabdianmu

Akan terus kami kenang kawan!!

Tabur bunga diatas pemakamanmu

Api pergerakan semakin tajam menyengat didada kami

Tanah merahmu

Menggenggam semangat kami

Untuk meneruskan suara-suaramu kawan!!

Sekarjalak, 28 Agustus 2006


DUKAMU MATARAM

(Aloeth)

Tangis mereka menghentak

Kaki-kaki kami

Jerit mereka menyayat

Hati kami

Rintih mereka memekakkan

Telinga kami

Demi ambisi

Satu lagi anakmu kau habisi

Di depan bangsamu sendiri

Dengan sebilah belati..

Sekarjalak, 28 Agustus 2006


UNTUK GUTERES

(Aloeth)

Ketika bangun dari mimpi

Anak negeri menangis pilu

Dadanya tersayat

Tertikam belatinya sendiri

Hatinya teriris menjadi keping-keping

Tersebar meninggalkan

Ribuan bahkan jutaan pertanyaan

Sampai kapankah ini berlangsung

Hingga rasa hangat dan percaya menyelimuti

Menyatu dengan jiwa-jiwa yang hampir robek

Mereka tak kan mampu mengusir cintaku

Meski langit mulai gelap

Aku tetap menungguimu pertiwi

Ketika merah tak lagi berwarna merah

Putih tak lagi menjadi putih

Kami tetap memegangimu pertiwi

Meski tiangmu tlah kropos

Diterjang musim

Dimakan rayap

Boyolali, 150306



KUE CINTA YANG BASI

(Aloeth)

Mencicipi kue cinta yang basi

Apakah ada sedikit sisa untuk bisa kita nikmati

Meski sedikit pahit

Bahkan mungkin beracun

Sekedar menjilat bukan ditelan

Tidak ada sedikitpun sisa untuk kita makan

Biarkan kue itu basi dan menjamur

Hilang menjadi butiran-butiran debu

Mungkin suatu waktu akan berkumpul lagi

Membentuk sebuah cinta lagi

Meski bukan kami yang menjadi koki

Bukan kami yang menyumbangkan resep

Bukan kami yang menciptalan aroma-aroma

Kesetiaan

Kesabaran

Aku kirim kue buat pertiwi

Kita belah menjadi beberapa potong

Kuenya bermacam warna

Merah tua, Merah muda

Hijau tua, Hijau muda, Hijau loreng

Kuning, Coklat

Biru tua, biru muda

Bila dikumpulkan menjadi kombinasi sempurna

Namun potongan itu tidak bisa dijadikan satu

Karena kue warna itu berbeda-beda rasa

Ada yang manis.sedikit manis, kecut, asin, pahit

Rasa telah menjadi ciri khas identitas negeri

Semarang September 2000



Selasa, 31 Maret 2009

MUSIK KEPRUX seasion III

Freedom Liberte Egalite Frantainete


Minggu, 15 Maret 2009

MUSIK X EPRUK from Pati City PART II

Freedom Liberte Egalite Frantainete









MUSIK X EPRUK FROM PATI CITY

SELAMAT DATANG..
Selamat menikmati alunan musik
yang dilantunkan dengan penuh dedikasi dan rasa malu yang tinggi bwanget
Selamat THE MAYOR BAND telah menelurkan Album Perdana "Der Lezte"
sukses berat dengan gitar kepruk dan akustik ala kadarnya...
serta diiringi oleh suara-suara sumbang & fals buwanget alias Sak PLUTEK lan JEPLAK..kiye..
DON'T WORRY BE HAPPY DECH..

WARNING
bagi yang terganggu pada penglihatan harap membawa suryokonto alias kaca pembesar..bila pendengaran anda agak sedikit terganggu mohon volumenya dibesarkan sedikit niscaya dikau akan dikeplaki para tetangga yang lagi pusing cari duwit apalagi yang kena sakit gigi. tapi yang stroke ambaien bisa kok disembuhkan dengan terapi musik ini..caranya ambil sebotol sprite kemudian tuangkan ke dalam gelas.. kemudian pegang erat botolnya kemudian pukulkan sama yang suruh...okre bro...!!!

ALBUM "Der Lezte"